Minggu, 24 Oktober 2010

pemanfaatan limbah ala PT Great Giant Livestock


Produksi daging di Indonesia masih berada di bawah kebutuhan permintaannya, terutama untuk golongan daging merah, sehingga harus mengimpor dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negri dengan kualitas baik. Sampai saat ini Indonesia masih kekurangan pasokan daging sapi hingga 35% atau 135,1 ribu ton dari kebutuhan 385 ribu ton. Defisit populasi sapi diperkirakan 10,7% dari populasi ideal atau sekitar 1,18 juta ekor.
Kekurangan pasokan ini disebabkan sistem pembibitan sapi potong nasional masih parsial sehingga tidak menjamin kesinambungan. Padahal, titik kritis dalam pengembangan sapi potong adalah pembibitan. Data Direktorat Jenderal Peternakan menyebutkan neraca produksi daging sapi nasional pada 2008 diperkirakan hanya memenuhi 64,9% dari proyeksi kebutuhan konsumsi sepanjang tahun ini atau Indonesia masih kekurangan 135.110 ton (35,1%) dari total kebutuhan daging. Dengan populasi 11,26 juta ekor produksi daging sapi nasional diperkirakan mencapai 249.925 ton dengan kebutuhan konsumsi daging diperkirakan mencapai 385.035 ton.
Sementara itu Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mencatat, setiap tahun masyarakat Indonesia membutuhkan sekitar 350.000 sampai 400.000 ton daging sapi. Jumlah itu setara dengan sekitar 1,7-2 juta ekor sapi potong. Dari jumlah tersebut hingga saat ini Indonesia masih mengimpor sekitar 30% daging sapi. Tentu diperlukan suatu tindakan kongkrit untuk memenuhi pasokan kebutuhan dalam negeri.
Bukanlah hal mudah untuk meningkatkan produksi daging dalam negeri, karena komoditas jenis ini termasuk kedalam komoditas yang memakan waktu relatif panjang dan permodalan yang relatif besar. Dari sistem produksi terutama sisi tipologi usaha, peningkatan produksi ini juga hendaknya tidak dilakukan dengan sistem tradisional, dimana hewan ternak hanya dijadikan sebagai usaha sampingan oleh petani sebagai pendukung pertanian, namun harus dilakukan dalam bentuk usaha pokok atau industri yang dikelola secara profesional dengan menggunakan teknologi yang tersedia sehingga peningkatan produksi dapt tercapai secara efisien.
Melihat permasalahan tersebut pembangunan peternakan nasional harus secara konsisten dan berkesinambungan diarahkan untuk mampu memenuhi kebutuhan pangan akan daging. Pola pengintegrasian merupakan salah satu jalan yang harus dilakukan. Pengembangan sistem integrasi tanamanternak (sapi) bertujuan untuk:
a.    Mendukung upaya peningkatan kandungan bahan organik lahan pertanian melalui penyediaan pupuk organik yang memadai,
b.    Mendukung upaya peningkatan produktivitas tanaman,
c.    Mendukung upaya peningkatan produksi daging dan populasi ternak sapi, dan
d.   Meningkatkan pendapatan petani atau pelaku pertanian. Melalui kegiatan ini, produktivitas tanaman maupun ternak menjadi lebih baik sehingga akan meningkatkan pendapatan petani-peternak (Suharto 2004; Kariyasa 2005; Utomo dan Widjaja 2006).
Hadi dan Ilham (2002) menyatakan terdapat beberapa permasalahan dalam industri perbibitan sapi potong, yaitu:
a.    angka service per conception (S/C) cukup tinggi, mencapai 2,60, karena terbatasnya fasilitas pelayanan inseminasi buatan (IB), baik ketersediaan semen beku, tenaga inseminator maupun masalah transportasi,
b.    calving interval terlalu panjang, dan
c.    tingkat mortalitas pedet prasapih tinggi, bahkan ada yang mencapai 50%.
Oleh karena itu, usaha pembibitan harus diiringi dengan upaya menekan biaya pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya pakan adalah dengan memanfaatkan limbah kebun dan pabrik sebagai sumber pakan melalui pemeliharaan sapi secara terintegrasi pada kawasan perkebunan atau areal tanaman pangan.
PT. Great Giant Livestock merupakan salah satu perusahaan yang telah mengintegrasikan usahanya dam memanfaatkan limbah pertanian dalam mengusahakan ternaknya menjadi pilihan tempat untuk melakukan kegiatan Praktik Umum. Pemenfaatan limbah yang digunakan sebagai bahan baku pakan menjadi menarik untuk diamati dan diteliti, karena dengan adanya pemanfaatan limbah ini, kompertisi penggunaan bahan pakan dengan mahluk hidup lain terutama manusia dapat dikurangi, namun tetap harus memperhatikan kandungan nutrisi pakan bagi hewan ternak. Selain itu pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak merupakan suatu alternative bijaksana dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bagi ternak. Da aspek yang terkait adalah ketersediaan bahan penyusun ransum bagi ternak dengan nilai ekonomis yang tinggi dan membantu mengurangi pencemaran lingkungan.
Lokasi limbah sebagai bahan baku yang dihasilkan dari suatu proses produksi sering terkonsentrasi pada satu daerah. Pemanfaatanya di daerah lain sering memerlukan pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan pendahuluan yang memerlukan biaya. Hal ini tidak terjadi di PT. great Giant Livestock, karena sumber bahan baku pakan terintegrasi kedalam satu induk perusahaaan dan lokasinya saling berdekatan dengan pabrik pengolahan nanas. Kendala lain adalah beberapa jenis bahan baku dihasilkan secara musiman mengikuti pola tanam produk utama. Bahan baku jenis ini sering tersedia bersamaan di berbagai daerah, sehingga memerlukan perlakuan, fasilitas penyimpanan dan manajemn pengelolaanya agar dapat dikemudian hari. 

0 comments:

Posting Komentar

 
Designed by: NewWpThemes | Converted to Blogger by Professional Blogger Templates | Contact | About